Industri dan Perdagangan

Sektor industri merupakan sektor yang semakin pesat perkembangannya dimana kontribusinya menempati urutan pertama dalam penyusunan PORB di Kabupaten Demak. Pada tahun 2014 sektor industri menyumbang dalam pembentuka PORB sebesar 10,61%. Menurut catatan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Demak. Unit usaha di Kabupaten Demak mencapai 7.700 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 53.848 orang.


Sektor industri merupakan sektor yang semakin pesat perkembangannya dimana kontribusinya menempati urutan pertama dalam penyusunan PORB di Kabupaten Demak. Pada tahun 2014 sektor industri menyumbang dalam pembentuka PORB sebesar 10,61%. Menurut catatan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Demak. Unit usaha di Kabupaten Demak mencapai 7.700 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 53.848 orang.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah mampu membuktikan eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia. Ketika badai krisis moneter melanda Indonesia di tahun 1998, banyak investor dan pengusaha besar yang mengalihkan modalnya ke negara-negara lain, sehingga perekonomian Indonesia dikala itu semakin terpuruk. Usaha kecil dan sektor riil mampu bertahan dan menopang roda perekonomian bangsa Indonesia. Undang-undang yang mengatur tentang seluk-beluk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa sebuah perusahaan yang digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu.

Pasar Bintoro

Pasar Bintoro merupakan pasar terbesar di Kabupaten Demak. Pasar ini berada di antara dua obyek wisata religi andalan Kota Wali, diharapkan mampu menopang sektor pariwisata. Karena itulah, beberapa kios di pasar yang berlokasi relatif dekat dengan Masjid Agung Demak (MAD) dan tidak pula terlalu jauh dari Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu itu sengaja dijadikan showroom sekaligus sentra penjualan berbagai produk khas berkearifan lokal.

UMKM di Kabupaten Demak

Batik Demak

Perkembangan industri batik Demak akhir-akhir ini mengalami peningkatan pesat. para pelaku industri yang bermunculan mengangkat berbagai ciri khas potensi alam dan budaya Kota Wali sebagai motif batinya. Sebut saja motif pesisiran, jambu dan belimbing juga motif yang mengangkat berbagai ornamen di Masjid Agung Demak. Nampaknya perkembangan itu sedikit banyak terdorong oleh keberadaan Claster batik Demak. Paling tidak ada 25 pelaku industri batik tercatat sebagai anggota claster. dan belakangan beberapa di antaranya mulai mengembangkan batik dengan motif potensi Kadilangu. Salah satunya adalah Ulfatussariroh, pemilik Griya Unyu Kadilangu yang tercatat sebagai mahasiswi Untag Semarang ini serius menekuni industri Batik. Dia memilih untuk mengembangkan motif yang bernuansa Kadilangu. Di antara motif yang sudah dibuatnya adalah Loro Gendhing, cening (pace kemuning) dan caos daharan. Ulfa memasarkan batik produksinya di show room yang berada di wisata religi Kadilangu. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 100.00,- hingga 1.500.000,- per lembar tergantung dari motif dan warnanya. Untuk bahan pewarnaan Ulfa menggunakan bahan alam, seperti daun tanaman indigo, dan kulit kayu tingi.

Gebyak Ukir

Usaha gebyok ukir banyak dijumpai di Kabupaten Demak. Usaha ini merata tersebat di 14 kecamatan di Kabupaten Demak, namun lebih tersentral di Kecamatan Wonosalam dan Mijen. Biasanya pengusaha gebyok ukir juga memproduksi gazebo, rumah joglo dan sketzel. Bahan baku yang dipakai berupa kayu jati dan mahoni yang masih didatangkan dari Blora, Bojonegoro dan NTT. Produksi gebyok ukir tersebut dipasarkan di Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya. Bahkan ada sebagian pengusaha yang mengekspor ke Eropa dan Amerika.

Alat Musik Terbang dan Bedug

Kabupaten Demak yang masyhur dengan sebutan Kota Wali memiliki berbagai produk kerajinan bernafaskan Islami. Produk kerajinan tersebut adalah alat musik terbang dan bedhug. Di Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak kerajinan terbang bedhug berkembang cukup baik. Tercatat dua pelaku usaha terbang bedhug dengan kapasitas produksi besar dan jangkauan pemasarannya yang luas menjalankan usaha di kelurahan ini, tepatnya di kampung Tanubayan. Selain daerah-daerah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, NTB, Bali, Madura dan kota-kota besar di Jawa, hasil produksi Kerajinan Tanubayan sudah menembus Malaysia, Brunei, Korea Selatan dan Irlandia. Bahan untuk membuat bedhug adalah kayu trembesi dan kulit kerbau. Kayu trembesi dipilih lantaran kuat dan mudah dibentuk. Sedangkan untuk bahan membuat terbang adalah kayu nangka atau kayu mahoni dan kulit kambing.

Kerajinan Tenun

Kekayaan alam dari hasil laut yang dimiliki oleh warga Kecamatan Wedung lantas tak membuat mereka berpuas diri. Warga telah berupaya meningkatkan taraf hdup mereka dengan membuat sebuah karya, yakni kerajinan tenun yang diproduksi oleh para wanita di Desa Tedunan Kecamatan Wedung. Sedikitnya ada sekitar 100 orang telah menekuni usaha kerajinan tenun dalam dua tahun terakhir ini. Sejauh ini mereka masih membuat tenun disesuaikan dengan perkembangan model-model yang laku di pasaran. Maklum sarana peralatan yang mereka miliki masih tergolong ala kadarnya. Menurut Ahlada, salah seorang perajin tenun, “Kami baru bisa membuat tenun model Troso, SBY dan Obama. Untuk membuat model sendiri kami belum bisa, karena alat yang kami miliki belum memadai. Alat itu awalnya kami beli dari Jepara, yang memang khusus untuk membuat model-model khas sana. Sedangkan untuk mengembangkan model sendiri kami perlu merombak alat itu belum bisa kami lakukan”. Ahlada menambahkan, bahwa sejauh ini hanya dirinya yang menjual produksi tenun langsung ke konsumen. Model yang ia buat adalah SBY dan Obama. Sedangkan sebagian besar perajin tenun Desa Tedunan menyetorkan hasil produksinya ke Jepara, Karena itulah mereka memilih membuat model troso. Untuk tenun model SBY ukuran 200 x 40 cm bisa laku Rp 60 ribu per lembar. Sedang untuk model Obama dengan ukuran yang sama bisa laku Rp 90 ribu per lembar.

Kerajinan Yong Sua

Yong sua produksi desa Brumbung kecamatan Mranggen kabupaten Demak sangan diminati oleh konsumen yang sebagian besar adalah warga Thionghua sebagai sarana sembahyang. Setiap harinya perajin yong sua mampu memproduksi ribuan yong sua dengan harga terjangkau. Yong sua produksi desa Brumbung selain berbau harum, tampilannya pun menarik. Keunggulan dari yong sua ini terbuat dari tumbuhan atau herbal sehingga asap yang dikeluarkan tidak terlalu banyak dan tidak menimbulkan efek samping (sesak nafas). Banyaknya permintaan konsumen baik yang datang dari Demak maupun kota lainnya, seperti Semarang, Surakarta, Jakarta dan lain-lain. Tiap harinya perajin mampu memproduksi sebanyak kurang lebih 5.000 buah.

Sangkar Burung

Harga sangkar burung murah bukan berarti kualitasnya rendah. Ternyata harga jual bisa menjadi lebih rendah karena biaya produksinya murah dan bahan bakunya didapat dari hasil limbah kayu jati. Kendati dari bahan baku limbah kayu jati, namun garapan sangkar burung di Desa Kebonbatur Kecamatan Mranggen sangat halus. Ternyata keahlian membuat sangkar burung didapat dari turu temurun hingga tiga generasi. Hingga semua warga memiliki keahlian memproduksi sangkar burung buatan tangan yang sangat halus. Kelebihan tersebut membuat Pemkab Demak menjadikan Desa Kebonbatur sebagai sentra produksi sangkar burung. Dalam sepekan perajin mampu menirim dua hingga tiga kali 100-200 sangkar burung ke Jakarta. Harga sangkar burung bervariasi tergantung tingkat kerumitan dalam membuat, yaitu antara Rp 60.000,- hingga Rp 600.000,-

Berikut ini adalah data Industri Kecil & Menengah di Kabupaten Demak yang terintegrasi dengan aplikasi sidab.demakkab.go.id