124 Kasus Leptospirosis Terdeteksi Di Jateng, 23 Orang Meninggal

DEMAK – Jawa Tengah sedang menghadapi puncak kasus beberapa penyakit menular, salah satunya adalah leptospirosis. Data di Jawa Tengah tahun 2024 laporan dari Kabupaten/Kota sampai akhir Maret sudah ada 124 kasus dengan 23 orang meninggal dunia. Jika di bandingkan di tahun 2023 insinden kasus leptospirosis di angka 2,37 per 1000 penduduk, jadi ada 884 kasus selama satu tahun dan 139 orang meninggal.

Hal tersebut disampaikan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Provinsi Jateng dr. Irma Makiah saat kegiatan zoom meeting Pencegahan dan Pengendalian Leptospirosis yang diikuti nakes dan instansi terkait se Jawa Tengah, Kamis (18/04/24).

”Leptospirosis merupakan salah satu zoonosis yang ditularkan melalui kencing tikus yang erat hubungannya dengan sanitasi lingkungan masyarakat”, kata dr. Irma.

Sementara, Heri Purnomo narasumber dari Dinkes Prov Jateng menyampaikan, leptospirosis adalah penyakit demam akut pada manusia maupun hewan yang disebabkan oleh bakteri leptospira sp. Bakteri leptospira masuk ke tubuh manusia melalui kulit yang luka, lecet atau selaput lendir (mata, mulut, nasofaring atau efagus) dari urin binatang yang sakit/karier. 

”Ini merupakan zoonosis dengan jangkauan terluas di dunia. Masa inkubasi 7-10 hari. Dalam kondisi berar/komplikasi dapat menyebabkan kerusakan organ yang diawali dengan adanya ikterus, pendarahan dan gagal ginjal”, kata Heri.

Dirinya menjelaskan, leptospirosis menjadi masalah kesehatan karena memiliki angka kesakitan yang tinggi dan menimbulkan kematian.

”Selain itu sulit dideteksi dan sering terlambat diagnosa sehingga menjadi kasus berat dengan angka kematian tinggi”, pungkasnya. (kominfo/ist)