Bupati Demak Temui BEM Unissula, Bahas Penanganan Banjir Rob di Sayung

DEMAK - Banjir rob yang setiap tahun melanda wilayah pesisir Sayung, Kabupaten Demak, menjadi perhatian serius Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Dalam audiensi yang digelar di Aula Kecamatan Sayung, Selasa (27/5/2025), para mahasiswa menyuarakan keresahan masyarakat yang selama bertahun-tahun hidup berdampingan dengan air laut yang terus merangsek ke daratan.

Kegiatan audiensi ini selain dihadiri oleh para mahasiswa BEM Unissula, juga dihadiri oleh jajaran Pemerintah Kabupaten Demak, yakni Bupati Demak Eisti’anah didampingi Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (Dinputaru), Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Dinperkim), Camat Sayung, serta Kepala Desa Surodadi.

Perwakilan BEM Unissula, Gani, mengungkapkan bahwa banjir rob di Sayung bukan lagi sekadar bencana alam tahunan, melainkan sudah berubah menjadi krisis ekologis yang mengancam masa depan generasi muda pesisir.

“Banjir rob bukan hanya merendam jalan dan rumah, tapi juga merendam harapan warga. Aktivitas ekonomi lumpuh. Ini bukan sekadar soal air masuk ke rumah, melainkan soal nasib masyarakat”, ujar Gani dengan nada serius.

Gani menilai, penanganan rob selama ini masih terlalu teknokratis dan kurang melibatkan masyarakat sipil, termasuk kelompok pemuda dan mahasiswa. Ia meminta Pemkab Demak bersikap lebih terbuka dalam menyampaikan progres penanganan rob, termasuk rencana jangka pendek dan jangka panjang yang realistis serta terukur.

“Kami ingin pemerintah tidak hanya fokus pada proyek fisik, tetapi juga memikirkan solusi jangka pendek yang dapat meringankan beban masyarakat”, tambahnya.

Menurut Gani, mahasiswa memutuskan untuk turut membantu mendampingi warga pesisir Sayung dalam menyuarakan krisis yang sedang terjadi.

Menanggapi aspirasi tersebut, Bupati Demak Eisti’anah menyambut baik masukan dari BEM Unissula dan mengapresiasi kepedulian mahasiswa terhadap persoalan rob yang memang menjadi salah satu tantangan utama Pemerintah Kabupaten Demak.

“Kami sangat berterima kasih atas perhatian dari adik-adik mahasiswa”, ujar Eisti’anah.

Bupati menjelaskan bahwa saat ini Pemkab Demak bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, serta Pemerintah Pusat tengah mengupayakan langkah-langkah strategis untuk menangani rob di Sayung secara komprehensif.

“Total anggaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan rob di Sayung mencapai sekitar Rp 1,7 triliun. Anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan tanggul laut dan normalisasi sungai. Namun tentu saja, semua tidak bisa dilakukan sekaligus karena keterbatasan anggaran”, jelasnya.

Eisti’anah menyebut bahwa beberapa upaya penanganan sudah ditempuh, seperti relokasi warga, pemberian rumah apung dan rumah amfibi. Pemkab Demak sebenarnya sudah meengupayakan berbagai macam kebijakan untuk mengatasi rob yang terjadi di Sayung.

Bupati juga telah berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk dunia akademik, dalam penanganan rob yang berkelanjutan. Ia membuka peluang kolaborasi dengan mahasiswa dalam bentuk riset kebijakan, pengumpulan data, serta pendampingan sosial di lapangan.

Audiensi yang berlangsung selama lebih dari satu jam ini bertujuan untuk menjaga komunikasi antara Pemkab Demak dan masyarakat, khususnya yang memiliki perhatian terhadap isu lingkungan dan kebencanaan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Pemkab Demak terbuka berdiskusi dengan berbagai pihak. (Prokompim)