Pahlawan Lingkungan Itu Adalah KPM PKH Lansia Patimah Dari Desa Banjarsari Gajah Demak

Satu lagi, kisah inspirtif dari seorang janda lanjut usia yang mengabdikan hidupnya untuk lingkungan hidup. Namanya Patimah, seorang warga Desa Banjarsari Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Dari beliau kita belajar betapa pentingnya bersahabat dengan alam. Betapa indahnya merangkul lingkungan. Betapa bahagianya hidup berdampingan dengan keanekaragaman hayati.

Siang itu kami sedang disibukkan dengan survei pemutakhiran data Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) melalui aplikasi SAGIS yang diluncurkan oleh Kementerian Sosial RI. Di bawah rintik gerimis bulan Desember;  bulan dengan intensitas curah hujan tinggi, Pendamping Sosial PKH Kecamatan Gajah (MUSTAGHFIRIN,S.Pd.I,M.Pd) mengayunkan langkah dalam menyukseskan  program pemutakhiran data Kemensos tersebut. Kami bekerja dengan hati, mengedepankan tanggungjawab, mengesampingkan lelah dan penat. Semata-mata demi profesionalitas pendampingan. Tak lupa, setiap pekerjaan kami niatkan ibadah, karena di rumah ada mereka yang mengandalkan kami; mencukupi nafkah untuk keberlangsungan hidup sehari-hari.

Kemudian tibalah kami di sebuah gang utara desa, yang berjarak kurang lebih 5 (lima) kilometer dari Jalan Raya Pantura Demak-Kudus tersebut. Sebuah desa yang berada di tengah-tengah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak; Desa Banjarsari. Sekedap mata kami tersanjung, penglihatan kami terbelalak menyaksikan pemandangan “tidak biasa” yang kami saksikan di depan mata. Ah, mungkin itu proyek dari pemerintah desa dalam pelestarian lingkungan di desa tersebut.

Sejenak kami tidak terlalu mempedulikan keindahan gratis yang tersaji di gang desa tersebut. Krisan, kenikir, hingga krokot beraneka warna tersaji indah dan tertata rapi di situ. Mungkin juga bunga-bunga indah itu liar tumbuh hingga berbunga di tepian kanan-kiri gang tersebut. Tapi andaikata bunga liar, kenapa tumbuh di sepanjang jalan dengan rapi? Pertanyaan kami dalam hati sedikit bergejolak berusaha menemukan jawaban yang shohih.

“Bu, itu kenapa bunganya kok bisa rapi berjejer di pinggir jalan ya?” tanya kami kepada salah satu warga yang kebetulan berada di dekat lokasi kami berada. “Oh itu ya pak, itu yang nanam Mbah Patimah” jawab salah seorang warga yang juga KPM PKH.  Sejenak rasa penasaran kami semakin berkecamuk. Mbah Patimah? Siapa beliau? Mungkinkah beliau petugas kebersihan desa? Atau siapa? Entahlah .

KPM PKH

Hingga survei SAGIS kami sampai pada kediaman seorang KPM bernama Patimah.  Mbah Patimah adalah seorang peserta PKH kohort 2016 yang sudah lanjut usia dengan tahun lahir 1939. Beliau tinggal bersama anaknya setelah suaminya meninggal beberapa tahun yang lalu. Usianya boleh 82 tahun tapi cara berjalan, raut wajah, hingga penglihatanya tidak sama sekali menunjukan usia 82 tahun yang sebenarnya. “Mbah silakan tanda tangan di sini” sahut kami yang menyodorkan tanda bukti  sudah survei melalui tandatangan beliau. “Di sini ya nak?” timpal Mbah Patimah. Letak tandatangan yang pas dan sesuai nama beliau tanpa perlu ditunjukkan beberapa kali sudah membuktikan bahwa penglihatan beliau benar-benar masih istimewa.

Dan surveipun selesai sudah. Sejenak lalu kamipun berbincang-bincang. Rasa penasaran dengan nama Patimah terus terang masih mengganjal dalam sanubari kami. “Mbah apa jenengan yang menanam bunga-bunga sepanjang gang desa itu” tanya kami menyelidik. “Iya nak, benar  sekali” jawab beliau dengan nada ringan dan biasa saja. Tetapi bagi kami jawaban itu bagaikan kata kunci yang telah membuka kotak penasaran kami akan misteri bunga indah dalam gang tersebut

Ternyata Mbah Patimah bukanlah orang baru dalam pelestarian lingkungan di desa Banjarsari Kecamatan Gajah Kabupaten Demak. Buah kepedulian, kreatifitas, dan tangan dingin beliau dalam pelestarian alam sudah diakui pemerintah desa. Terbukti dari Piagam Penghargaan dari Pemerinta Desa Banjarsari yang beliau terima pada tahun 2020 silam yang terpasang mentereng di tembok rumah reot beliau. Hal itu semakin menambah rasa kagum kami pada Mbah Patimah. Coba kita berangan sejenak, seorang lansia berusia 82 tahun masih dengan giat peduli pada alam, mengabdikan diri pada kebersihan dan keindahan desa, tanpa mengharap imbal jasa sepeserpun. Sedangkan kita? Kerja bakti lingkungan tiap hari Jumat saja kita enggan. Membuang sampah saja kita masih di sembarang tempat. Melihat rumput tumbuh liar saja kita abai.

Obrolan kamipun berlanjut. Ternyata bukan hanya menanam bunga-bunga indah yang dilakukan Mbah Patimah dalam bakti lingkunganya. Beliau dengan ikhlas mencabuti rumput dan tanaman-tanaman liar yang mengganggu pemadangan jalan desa. “Oh jadi jenengan tadi lama dicari dan tidak ada di rumah ternyata sedang mencabuti rumput mbah?” tanya kami dengan bersemangat. “Iya nak, itu di gang sebelah ada rumah kosong yang rumputnya banyak, jadi mbah cabuti saja” jawab Mbah Patimah. Jadi jangan harap menemukan mbah Patimah duduk santai di depan rumah, beliau lebih suka jalan-jalan di sekitar kampung, mencabuti rumput atau merawat bunga-bunga yang sudah ia tanam. “Ya kalau cabang-cabang bunganya sudah panjang dan tidak rapi saya rapikan nak, biar enak dilihat mata” cerita Mbah Patimah lagi. “Mbah itu kalau lihat tanaman bagus tidak bisa tinggal diam Pak. Lha wong pernah pergi kondangan rombongan bus, beliau tega meminta sopirnya berhenti gara-gara dia lihat tanaman hias indah di tepi jalan kok pak, terus dia bawa pulang” timpal anak Mbah Patimah yang juga ikut dalam obrolan kami. Subhanallah, baru kali ini kami benar-benar menyaksikan cerita dengan mata kepala kami sendiri tentang seseorang yang begitu cinta pada alam dan lingkungan.

Semata-mata karena Ibadah

Sekali lagi kami disuguhkan pemandangan indah, seseorang yang hanya berpendidikan Sekolah Rakyat (Setingkat SD) yang tidak menguasai teori lingkungan yang diajarkan di sekolah. Yang tidak tahu menahu Undang-Undang Lingkungan Hidup. Yang tidak hafal kajian-kajian teortis pelestarian alam dan lingkungan, tetapi dia membuktikanya dengan tindakan nyata. Kerja terukur. Dan pemberdayaan lingkungan yang dilakukan secara masif.

Lantas kami tidak berhenti sampai di situ. Untuk kesekian kalinya kami disuguhi kekaguman akut yang makin membuat kami berdecak kagum. “Lantas tujuan jenangan itu apa ya mbah” tanya kami yang semakin menyelidik. “ Begini nak, mbah kan sudah tidak muda lagi, tidak kuat fisik lagi, hartapun tidak punya ya cara beramal mbah ya begini ini, mbah beramal dan beribadah dengan tenaga mbah dengan menanam bunga, mencabuti tanaman liar. Itu kan keindahan, terus orang-orang jadi suka. Lha menyenangkan hati orang kan juga ibadah to nak” jawab mbah Patimah dengan berapi-api.

Sungguh, berkah SAGIS kami hari ini mendapat pelajaran berharga dari Mbah Patimah, seorang KPM PKH Lansia yang menjadi Pahlawan Lingkungan di daerahnya. Seorang yang menasbihkan hidupnya untuk kelestarian, kebersihan, dan keindahan alam di desanya. Semoga ada Patimah-Patimah lain yang masih peduli dengan lingkungan di tengah degradasi mental sosial yang semakin meningkat tajam di era perubahan zaman yang serba sulit ini. (Dinsosp2pa)