
Gambar Bulus Pada Mihrab Masjid Agung Demak
DEMAK – Masjid Agung Demak mngundang decap kagum dalam setiap bangunannya yang banyak mengandung filosofi dan nilai spiritual. Penyebaran agama islam dizaman dulu tidak menggunakan kekerasan tetapi melalui jalur perdamaian dan akulturasi budaya.
Seperti halnya lambang bulus yang ada pada mihrab Masjid Agung Demak yang memiliki makna yang unik. Wali Songo menciptakan simbol dakwah kura-kura yang dalam bahasa Jawa disebut bulus, dimaksudkan sebagai akronim mlebune sarana alus “masuk secara halus tanpa paksaan”.
Tapi juga bukan sekedar itu kura-kura adalah salah satu simbol kepemimpinan. Kura-kura hanya bisa berjalan ke depan dengan menjulurkan leher dan kepalanya ke luar. Kalau kita ingin menjadi pemimpin, menjadi imam, khotib dan ustadz, maka anda harus menjulurkan leher dan kepala ke depan.
Berjalan di barisan paling depan, memberi contoh dan berani mengambil risiko. Tidak mungkin memimpin dari belakang. Pemimpin adalah teladan, pemberi tuntunan dan bukan pengekor. Gambar bulus juga menunjukkan titik-titik di sajadah, yang menandai posisi persentuhan tubuh manusia dengan tanah tatkala bersujud menyembah Allah.
Untuk itu gambar bulus dipakai menghiasi mihrab mesjid pertama di Jawa yaitu Masjid Demak. Mungkin inilah satu-satunya mihrab yang dihiasi dengan gambar makhluk bernyawa, bahkan binatang. Dan saya yakin, tidak satu pun jemaah salat apalagi imam di Mesjid Demak, yang sujud di bawah gambar bulus, berniat menyembah bulus.
Bulus yang dimitoskan sebagai abdi setia para wali, juga dipelihara di sendang (sejenis danau kecil) atau kolam-kolam mata air tempat mengambil air wudu. Bulus juga memiliki makna yang mewakili kiblat atau mata angin yaitu utara, timur, selatan dan barat. Letak kaki penyu tepat di sela-sela gambar kiblat; jadi mewakili arah timur laut, tenggara, barat daya dan barat laut. Kepala penyu menunjukkan arah utara; ekornya menunjukkan arah selatan.
Gambar penyu pada mihrab dapat juga ditafsirkan sebagai candrasangkala Sirna Ilang Kerthaning Bumi, mewakili tahun Jawa 1401 (= 1479 Masehi). Kepala: 1; badan penyu yang bulat: 0; empat kaki penyu: 4; dan ekor penyu: 1. Paling sedikit candrasangkala itu menunjukkan tarikh pembuatan mihrab. Namun sering dihubungkan dengan selesainya pembangunan Masjid Agung Demak. (Dinpar/Eza)